Putra Bocah Penjual Cilok di Mata Guru Si Anak Ceria yang Tak Pernah Mengeluh
Putra Bocah Penjual Cilok di Mata Guru Si Anak Ceria yang Tak Pernah Mengeluh - Muhammad Saputra atau Putra (12) sempat sering membolos sekolah karena berjualan cilok. Beruntung guru-guru memberikan dukungan sehingga Putra kini bisa bersekolah sambil berjualan.
detikcom menemui Pati Fitriani, wali kelas 3A SDN Jurangmangu Timur 01, Jalan H Sarmili, Jurangmangu Timur, Pondok Aren, Tangsel, Jumat (15/2). Kabar Putra berjualan diketahui para guru sejak mengetahui Putra sering tidak masuk sekolah.
"Ada yang bilang, 'kayanya Putra jualan deh' di grup sekolah, grup kelas kami, kalau Putra berjualan di sekitar," kata Pati.
Selama berjualan di luar, Putra sering membolos bahkan hingga berhari-hari tidak masuk kelas. "Seminggu itu tiga kali aja masuknya, kadang dua kali," imbuh Pati.
Kepala sekolah SDN Jurangmangu 01 juga akhirnya mengetahui hal ini setelah kisah Putra viral di media sosial. Akhirnya, pihak sekolah pun mengizinkan Putra untuk berjualan di sekolah.
"Setelah itu dia masuk dan saya tanya, 'Putra kamu jualan?', terus dia jawab, 'Iya, harus membantu kakak untuk jualan'. Setelah viral seperti itu, kepala sekolah saya mendengar. Kemudian, ya sudah, memberikan keputusan untuk mengizinkan Putra berjualan di sekolah agar dia masuk setiap hari," sambungnya.
Jualan di Sekolah
Pati mengetahui Putra sempat dibiayai oleh orang tua asuh. Namun dua bulan belakangan ini Putra tidak lagi dibantu oleh orang tua asuhnya itu, sehingga terpaksa harus berjualan cilok.
"Iya, awal masuk itu udah oleh seperti orang tua asuh begitu. Lalu saat berjalan pembelajaran, jarang masuk lagi. Mungkin sudah tidak diasuh sama orang tua asuh, makanya dia harus berjual. Tadinya jualannya pagi, mungkin karena capek atau apa jadinya dia tidak sekolah," terangnya.
Pihak sekolah merasa prihatin dengan keadaan Putra. "Ya, saya miris melihatnya. Anak sekecil itu harus menanggung beban keluarganya. Memang sebenarnya, Putra itu tidak layak untuk berjualan. Karena kan tugasnya dia itu untuk belajar," katanya.
"Sebagai pihak sekolah, ya, mengimbau agar orang tuanya atau orang yang mengasuh Putra itu lebih memperhatikan Putra lagi dalam masalah pendidikannya. Karena ini penting buat Putra. Karena Putra kan masih usia-usia belajar, usia sekolah. Sepatutnya tidak diberi pekerjaan yang berat seperti ini," tambahnya
Selain para guru, Putra juga mendapat dukungan dari teman-temannya. Teman-temannya yang merasa kasihan dengan kondisi itu membantunya dengan membeli jajan cilok yang dijual Putra.
"Mereka antusias untuk membantu. Karena mereka melihat, mereka udah tahu kan Putra seperti apa, 'Ya udah kita beli semua dagangannya', 'Jajannya di Putra aja', gitu," sambungnya.
Anak Ceria
Di kelasnya, Putra termasuk salah satu murid yang ceria. Meski kondisinya susah, Putra tidak pernah bersedih. Putra tidak segan-segan menceritakan yang dialaminya kepada gurunya.
"Dia yang anak sangat ceria ya. Dia tuh ga pernah menunjukkan sedih atau sedang menderita atau gimana gitu. Dia tuh sekolah dengan keceriaan-keceriaan yang dibawa. Jadi, suka cerita tentang apapun. 'Bu, hari ini aku ketemu sama Mas Dika', 'Mas Dika itu siapa?', 'Itu orang yang bantu aku, di tokonya, aku dibantu'. Kemudian dibeliin ini dibeliin itu. Suka bercerita tentang semuanya gitu," terangnya.
Putra juga sangat dekat dengan para guru. Putra sering diminta untuk mengambilkan pesanan bawang goreng ke tetangganya. Dia mendapat upah dari penjual bawang goreng Rp 20 ribu untuk sekali pesanan.
Kurang Berprestasi
Hanya saja, Putra mengalami sedikit masalah dalam sekolahnya. Di sekolah, Putra kurang berprestasi karena jarang masuk sekolah. Guru khawatir Putra semakin tertinggal karena sering meninggalkan sekolah.
"Jadi dia kan tidak begitu pandai, maksudnya, bukan begitu, bahkan tertinggal jauh. Karena dia kan jarang masuk. Jadi karena pengaruh tidak pernah masuk. Jadi dia ketinggalan pelajaran. Mungkin kita mau ubah lagi, biar dia rajin belajar," sambungnya.
Apalagi, Putra saat ini sudah yatim piatu. Guru khawatir, Putra tidak ada yang mengingatkan dalam hal urusan pelajaran di sekolah.
"Ya, mungkin bukan hanya dagangnya ya. Mungkin di sana, anak sekecil itu kan perlu ditanya, ada PR tidak, ada yang bantu PR-nya tidak. Mungkin dari pihak keluarga hanya menyuruh-nyuruh Putra untuk berjualan tanpa memikirkan Putra-nya harus seperti apa gitu lho. Sebenarnya kalau kakaknya lebih perhatian atau memang ada orang yang mau membantu Putra, orang tua asuh yang lebih memperhatikan pendidikan Putra, itu lebih baik bagi Putra," paparnya.
Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian
Thanks for reading & have a nice day
Baca Juga : Review Jujur Cool Baby, Gameboy Color Ala-Ala Harga 100 Ribuan
No comments